1. Jul, 2014

cerminan hidup beriman

Kiriman dari : Ningrum Suparmin

cerminan hidup beriman

Arthur Ashe adalah petenis kulit hitam dari Amerika yang memenangkan tiga gelar juara Grand Slam; US Open (1968), Australia Open (1970), dan Wimbledon (1975).

Pada tahun 1979 ia terkena serangan jantung yang mengharuskannya menjalani operasi bypass. Setelah dua kali operasi, bukannya sembuh ia malah harus menghadapi kenyataan pahit, terinfeksi HIV melalui transfusi darah yang ia terima.

Seorang penngemarnya menulis surat kepadanya,"Mengapa Tuhan memilihmu untuk menderita penyakit itu?"

Ashe menjawab,"Di dunia ini ada 50 juta anak yang ingin bermain tenis,

diantaranya 5 juta orang yang bisa belajar bermain tenis,

500 ribu orang belajar menjadi pemain tenis profesional,

50 ribu datang ke arena untuk bertanding,

5000 mencapai turnamen grandslam,

50 orang berhasil sampai ke Wimbeldon,

empat orang di semifinal, dua orang berlaga di final.

Dan ketika saya mengangkat trofi Wimbledon, saya tidak pernah bertanya kepada Tuhan,

"Mengapa saya?", Jadi ketika sekarang saya dalam kesakitan, tidak seharusnya juga saya bertanya kepada Tuhan,

"Mengapa saya?"

Sadar atau tidak, kerap kali kita merasa hanya pantas menerima hal-hal baik dalam hidup ini; kesuksesan, karier yang mulus, kesehatan. Ketika yang kita terima justru sebaliknya; penyakit, kesulitan, kegagalan, kita menganggap Tuhan tidak adil. Sehingga kita merasa berhak untuk menggugat Tuhan.

Tetapi tidak demikian. Ia berbeda dengan kebanyakan orang. Itulah cerminan hidup beriman; tetap teguh dalam pengharapan, pun bila beban hidup yang menekan berat.

Ketika menerima sesuatu yang buruk, ingatlah saat - saat ketika kita menerima yang baik...

∫έ|∂♏∂τ Þ∂Ği

∫έ|∂♏∂τ Menerima Berkat Tuhan......
---------------------

Kita sering mendengar percik bijak hidup , “Jangan menghakimi, tegorlah dengan bijak, lemah lembut, penuh persaudaraan dan rendah hati. Jangan tanamkan kebencian apalagi sampai dilampiaskan walau kita memendamkan rasa sakit hati dan amarah. Barangkali kita sangat berat mengasihi musuh, tetapi berusahalah jangan menunggu moment pembalasan.”

Kalau kita belum mampu mengasihi hendaknya kita jangan membenci. Kalau kita belum mampu menegor mereka dengan rendah hati sekurang-kurangnya jangan menghina. Bila kita belum mampu menggembirakan orang lain jangan puas bila mereka yang kita tidak sukai menderita. Kalau kita belum mampu menghapus air mata orang lain jangan tambah tangisannya dengan penghinaan dan ucapan yang menyakitkan. Atau dengan dengan kata lain janganlah menambaha air mata kalau kita belum mampu menghibur.

sahabat terkasih, janganlah bertepuk tangan di saat orang lain sedih. Jangan menimpakan batu ketika orang lain orang terjatuh. Dan janganlah kita tertawa saat mereka menangis. Kalau kamu tidak mau menyingkirkan batu itu dari jalan hidupnya, sekurang-kurangnya jangan menabur kerikil tajam di jalan yang dilaluinya

. oº°˚˚°º.
\=))_ "̮ .
(( "̮
_!!_......ŝ'Ɩäª♍äªţ Ƥäªƍĭέ̯̯͡͡

Ơ̴̴̴̴̴̴͡.̮Ơ̴̴͡­) S̤̥̈̊є̲̣̥є̲̣̣̣̥­♍ªªªηgªª†̥ ;)