13. Jun, 2014

WAKTU ITU BUKAN UANG

WAKTU ITU BUKAN UANG

WAKTU ITU BUKAN UANG

TIME IS MONEY. Kebanyakan orang mengangguk-angguk setuju bila mendengar pernyataan tersebut. Bukankah memang demikian ? Orang membayangkan bahwa waktu hidupnya adalah kesempatan untuk mengeruk uang sebanyak-banyaknya. Karena, bila mereka telah memiliki uang berlimpah, mereka akan bisa membeli apa saja yang mereka inginkan dan menikmati waktu hidup mereka dengan sepuas- puasnya.
Padahal, waktu tidak identik dengan uang. Kalaupun uang itu dimaksudkan sebagai simbol sesuatu yang berharga, simbol itu kurang mengena. Karena waktu jauh lebih berharga daripada uang. Kalau uang hilang, kita masih bisa mencarinya lagi. Namun, kalau waktu yang hilang, bagaimana kita akan mendapatkannya kembali ?
Dan, waktu kita juga bukan hanya untuk mencari -dan kemudian membelanjakan- uang. Ada hal-hal lain, yang tak bisa digantikan dengan uang, yang dapat kita lakukan dengan waktu yang dipercayakan kepada kita. Karenanya kita perlu mengelola waktu kita secara arif dan seimbang. Kalau tidak, sekalipun kita berkelimpahan uang, jangan-jangan kita mesti mengorbankan perkara lain yang jauh lebih berharga.
Waktu adalah salah satu karunia Tuhan yang perlu kita pertanggungjawabkan pemakaiannya. Secara garis besar paling tidak ada tiga macam penggunaan waktu. Prinsip penggunaan waktu ini bahkan tercantum sebagai salah satu dari Sepuluh Perintah Tuhan. Ini bukan sebuah prinsip yang usang, melainkan tetap berlaku sepanjang masa.
PERTAMA, WAKTU UNTUK BEKERJA. Tuhan menetapkan manusia untuk bekerja selama enam hari dalam seminggu untuk mencari penghasilan. Orang yang berfilosofi TIME IS MONEY akan menganggapnya sebagai pembatasan yang tidak perlu. Namun, orang yang kudu bekerja lebih dari enam hari setiap minggu berarti dia harus meninjau kembali metode kerja atau tujuan hidupnya. Kita mesti memastikan bahwa kita bukan hidup untuk melayani uang, melainkan melayani Tuhan.
KEDUA, WAKTU UNTUK BERISTIRAHAT. Ya prinsip hari Sabat tetap berlaku selama kita belum bermutasi menjadi superman. Tubuh kita bukan mesin, dan Sabat adalah kesempatan istimewa bagi kita untuk rileks, beristirahat dan memulihkan diri. Sabat diberikan untuk melepaskan kita dari beban rutinitas pekerjaan sehari-hari, agar kita dapat disegarkan kembali. Hari istimewa ini terutama juga kita dedikasikan sebagai waktu khusus untuk menyembah Tuhan dan merayakan kebaikan-Nya.
KETIGA, WAKTU UNTUK MELAYANI. Tuhan Yesus mengingatkan, Sabat itu dikaruniakan bagi manusia, bukan manusia dijadikan untuk hari Sabat. Sabat semestinya bukan menjadi pembatasan yang membelenggu, melainkan pembebasan yang menggairahkan. Yesus melanggar adat-istiadat yang melumpuhkan makna Sabat, dan menggunakan hari istimewa itu untuk melayani sesama. Ya, kita perlu meluangkan waktu untuk menjangkau, membina hubungan dan melayani orang-orang di sekitar kita.
Begitulah. Waktu itu bukan uang. Waktu itu karunia Tuhan yang tak terkira nilainya, dan Tuhan mau kita memakainya untuk beribadah kepada Tuhan dan melayani sesama dalam segala sesuatu yang kita kerjakan. ***

--- Arie Saptaji