9. Okt, 2014

Kiriman dari : Ningrum Suparmin

Kiriman dari : Ningrum Suparmin

Setiap malam ada seorang anak laki-laki yang selalu duduk di sebelah toko roti. Ketika pemilik toko hendak menutupnya, anak itu selalu mendapatkan satu potong roti. Pemilik toko pun menjadi heran karena anak itu selalu menunggu di sebelah toko mulai jam 5 sore, sedangnya toko roti tutup jam 10 malam.

Anak itu bangkit dan segera meninggalkan toko roti, namun kakinya tersandung batu dan roti di tangannya terlempar hingga digigit oleh anjing. Anak itu memungutnya lalu meneruskan perjalanannya. Pemilik toko mengikutinya hingga ke sebuah gubuk kecil. Dilihatnya laki-laki tua terbaring di sana dan anak itu menyuapkan sepotong roti kepada laki-laki tua itu.

“Kenapa kau tak bilang padaku jika sepotong roti itu begitu penting?”

“Saya hanya tidak mau membuat Tuan merugi lebih banyak. Lebih baik saya mendapatkannya dengan penuh kerelaan dari dalam hati Tuan.”

Terkadang kita masih terlalu berat untuk memberi dan lebih memberikan jika ada “sisa”. Kita menjadi tidak peduli dengan seberapa besar kebutuhan orang lain. Yang ada di pikiran kita adalah kita sudah memberi walau hanya sedikit.

Bukan itu yang Tuhan inginkan dalam kehidupan. Tuhan tidak ingin kita mengasihi orang lain dengan sisa-sisa dari kehidupan kita. Tuhan ingin kita bisa mengasihi orang lain dengan cara memberi sesuai dengan ketulusan hati kita. Ketika kita masih memiliki rasa “tidak rela”, itu sama halnya kita masih belum bisa untuk mengasihi.
Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu.

.  oº°˚˚°º.             
  \=))_ "̮  .  
  ((              "̮  
_!!_......ŝ'Ɩäª♍äªţ Ƥäªƍĭέ̯̯͡͡ 

∫έ|∂♏∂τ BerBagi Sahabat.....