31. Mei, 2014

Senantiasa bersyukur

Kiriman dari : Ningrum Suparmin

Salah satu rahmat terbesar yang kita terima ialah bahwa kita masih hidup sampai sekarang walau kita menjalaninya penuh dengan perjuangan. Namun kita kadang tidak menyadarinya sebagaimana kita tidak menyadari jantung kita berdenyut. Karena kekurang kesadaran itulah kita sering lupa bersyukur malah sebaliknya menggerutu. Lewat sapaan ini, marilah kita untuk menanamkan dalam diri bahwa rahmat hidup yang kita terima bukan karena kebaikan dan jasa kita tetapi kebaikan dari Sang empunya kehidupan, Tuhan sendiri.

Karena itu, ketika kita bangun pagi dan mendapati  masih hidup, bukankah itu merupakan suatu keajaiban? Ketika kita bangun dan merasakan jantung masih berdenyut, bukankah itu juga merupakan hal yang luar biasa? Ketika keluarga, sahabat dan kenalan mengalami hal yang sama, bisa menikmati udara yang segar, pagi yang cerah nan indah dan hidup yang luar biasa, malam dihiasi cahaya bintang, bukankah itu juga merupakan kabar gembira?

Nikmatilah hidup namun jangan lupa bersyukur, jalanilah hidup namun jangan melupakan mereka yang telah berjasa untuk. Kesuksesan dan keberhasilan hidup yang kita nikmati bukan hanya hasil dari jerih payah dan perjuangan sendiri tetapi juga karena ada Tuhan penyelenggara hidup dan ada mereka (keluarga sahabat ) yang menjadi patner, mendukung dan mendoakan kita. Ini yang mendorong kita untuk senantiasa bersyukur. 
∫έ|∂♏∂τ Þ∂Ği 

∫έ|∂♏∂τ BerSyukur......


Sebut saja namanya Dion, seorang anak laki-laki yang berasal dari keluarga kurang mampu. Kedua orang tuanya sengaja meninggalkannya dari kecil dan Dion harus hidup dengan neneknya yang baru saja meninggal setahun lalu. Di sekolah, Dion menjadi sasaran empuk bahan ejekan teman-temannya. Di lingkungan rumahnya pun tak ada seorang pun yang bisa bersikap ramah padanya. Pandangan sinis dan benci terlihat dari mata setiap orang di lingkungan rumahnya.

Sore itu, ada seorang pengemis datang ke rumahnya dan meminta sedekah. Dion pun membuka pintu dan mengajaknya untuk masuk ke dalam. Pengemis itu menjadi heran dengan apa yang Dion lakukan.
“Mengapa kau membawaku masuk saat orang lain berusaha mengusiru dan memberiku uang agar aku segera menjauhi rumahnya?”
“Saya bukan mereka. Saya tahu seperti apa rasanya ketika diusir dan tidak diterima oleh orang lain.”
“Kau sakit hati dengan sikap mereka?”
“Seharusnya begitu, namun aku takkan membiarkan orang lain menyakitiku. Mereka boleh melakukan hal buruk padaku, akan tetapi aku tidak akan membiarkan semuanya itu menjadi akar pahit dalam hatiku. Lebih baik aku bersyukur daripada harus balik mengumpat. Bukankah bersyukur itu lebih indah?”

Terkadang banyak orang yang menyakiti kita. Ada hal-hal yang membuat kita tidak nyaman sehingga kita menjadi tertekan dan tersakiti. Sebagai bentuk perlawanan, kita biasanya akan balik mengumpat dan juga melakukan pembalasan.

Bersyukurlah jika ada orang-orang yang menyakiti kita, karena sesungguhnya disitulah kesabaran dan pengampunan kita sedang diuji. Saat seseorang berhasil untuk mengampuni, maka orang itu sudah siap dengan rahmat dan  berkat yang Tuhan curahkan.

Jangan biarkan perkataan orang lain itu menjadi akar pahit dalam hati kita. Tidak perlu melawan dengan hal negatif, namun lakukan perlawanan dengan hal positif.

∫έ|∂♏∂τ Þ∂Ği