2. Jun, 2014

SEANDAINYA KRISTUS TIDAK NAIK KE SURGA

SEANDAINYA KRISTUS TIDAK NAIK KE SURGA

Kenaikan Yesus Kristus, sebuah hari raya yang kerap terlewatkan begitu saja. Padahal, Tuhan Yesus menganggap kenaikan-Nya sangat berguna bagi kita. Mengapa begitu?
Sejak abad IV , gereja merayakan Kenaikan Kristus secara terpisah pada Kamis ke-6 atau hari ke-40 setelah Paskah. Sebelumnya, Kenaikan termasuk dalam rangkaian perayaan Paskah yang berlangsung mulai dari Kebangkitan sampai Pentakosta. Kenaikan, menurut St. Agustinus, " adalah perayaan yang meneguhkan kesemarakan seluruh perayaan Kristen lainnya. Tampa Kenaikan Kristus, perayaan-perayaan lain itu akan kehilangan maknanya. "
Kenaikan menandai permulaan gereja dan penantian akan kedatangan Kristus yang kedua. Perayaan ini mendorong kita merenungkan Tritunggal. Kristus naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa, dan di sana menjadi Imam Besar kita, serta menjanjikan pencurahan Roh Kudus bagi gereja-Nya. Paulus mengatakan, Kristus naik ke surga " untuk memenuhkan segala sesuatu " ( Efesus 4:10 )
Beberapa negara memperlakukan perayaan ini secara berbeda. Di Jerman, misalnya, hari ini merupakan libur resmi sekolah. Mereka menyebutnya perayaan Christi Himmelfahrt ( perjalanan Kristus menuju surga ). Sebaliknya, dalam budaya Amerika utara, meskipun di sana banyak penganut Kekeristenan, minggu ini biasanya akan berlalu begitu saja tampa ada pembicaraan tentang peristiwa Kenaikan, khususnya di antara kaum Protestan.
Di Indonesia, meskipun Kenaikan Kristus termasuk hari besar keagamaan yang dijadikan hari libur nasional, kondisinya pun hampir sama : kita jarang merayakannya. Seumur hidup, baru satu kali saja saya merayakannya di gereja. Itupun dengan kegiatan yang generik: pentas , cerdas cermat Alkitab dan pertandingan Olah Raga.
Bagaimanapun, kenaikan Kristus merupakan salah satu unsur utama dalam tradisi Kristen. Peritiwa ini disebut sebut dalam dua kredo klasik. Pengakuan Iman Rasuli dan Pengakuan Iman Nicea meneguhkan bahwa Yesus " naik ke surga."
Yesus sendiri menggarisbawahi pentingnya Dia naik ke surga. Pada perjamuan malam menjelang penyaliban, Yesus berkata, " Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu " 
(Yohanes 16:7).
Kalau begitu, apa manfaat kenaikan Kristus?


PERTANGGUNGJAWABAN PRIBADI
Salah satu manfaat kenaikan-Nya berkaitan dengan hubungan kita satu sama lain. Coba bayangkan kalau Yesus tidak juga pergi dan tetap berada di tengah para murid.
Mereka menganggap kedekatan dengan Tuhan sebagai sumber persaingan di antara mereka : siapa yang terbesar, siapa yang akan duduk di sebelah kanan-Nya. Bisa jadi para murid justru akan saling menjegal demi memperebutkan kedudukan tersebut.
Philip Yancey, dalam Bukan Yesus yang Saya Kenal, membuat sebuah pengandaian menarik. Seandainya Yesus tetap tinggal di muka bumi,akan lebih mudah bagi kita untuk menghadapi berbagai pertanyaan dan keraguan -- kita tinggal mendatangi Sang Sumber Jawaban. 
Perpecahan gereja dan penyesatan juga tidak perlu terjadi karena Yesusakan selalu siapmenjadi penengah, menawarkan nasihat dan kearifan.
Namun, bukankah itu juga berarti kerepotan ? Bagaimanapun, Yesus hadir di Palestina sebagai satu orang manusia saja. Berarti, kita harus berziarah ke Yerusalem dan antre satu persatu menemui-Nya.
Barangkali Yesus melihat kerepotan itu. Dia memilih untuk pergi. Dia memilih untuk disalibkan. Dan setelah kenaikan-Nya, Dia mengutus Roh Kudus untuk menyertai kita dan diam di dalam diri kita.
Dengan demikian, kedekatan kita dengan Tuhan ditentukan oleh keputusan kita masing-masing. Tidak ada seorang pun yang bisa menjegal kita. Barangsiapa mendekat kepada Tuhan, Tuhan akan mendekat kepadanya. Barangsiapa. Bertekun mencari Dia, Tuhan akan berkenan ditemukan. Barangsiapa memberi diri untuk dipimpin oleh Roh, ialah anak Allah.
Iman, dalam satu sisi, menjadi persoalan pribadi antara kita dan Tuhan. Iman menjadi sebuah pertanggungjawaban pribadi.


IMAN DI DALAM KOMUNITAS
Di sisi lain, iman Kristen secara khas perlu diekspresikan di tengah suatu komunitas. Iman Kristen tidak melahirkan pertapa yang mungkin membangun kerohaniannya secara mandiri, terpisah dari dunia ramai. Iman Kristen, sebaliknya , disiapkan untuk sebuah komunitas.
Penghayatan iman kita kepada Allah yang tidak kelihatan justru nyata dalam hubungan kita dengan sesama manusia yang kelihatan.
Tuhan secara tegas menghendaki kita mengekspresikan kasih kita kepada-Nya dengan mengasihi saudara-saudara kita yang kelihatan (1 Yohanes 4:20).
Chip Ingram, dalam Mukjizat Perubahan Hidup, menggarisbawahi hal ini dengan menyatakan, " Alkitab mengajarkan bahwa Allah mendatangkan perubahan hidup melalui Firman-Nya dan Roh-Nya di dalam konteks hubungan yang penuh dengan pengurbanan dan berpusatpadaorang lain."
Perjanjian Baru penuh dengan perintah timbal balik, seperti saling mengasihi, 10 SIKAP HIDUP BAHAGIAsaling membantu , saling menghibur , saling mendukung dan seterusnya.
Pertanyaannya : mungkinkah kita mematuhi perintah semacam itu seorang diri? Mustahil, bukan? Perintah-perintah itu mengimplikasikan keterlibatan orang lain. Perintah-perintah itu menyiratkan kehadiran suatu komunitas sebagai wadah untuk menerapkannya.
Komunitas itu tidak lain adalah ekklesia ' gereja ' , yaitu " kumpulan orang-orang yang dipanggil keluar " dari kegelapan ke dalam terang-Nya. Dan gereja disebut juga sebagai tubuh Kristus. Hal ini berkaitan erat dengan kenaikan Kristus.
Gereja disebut sebagai tubuh Kristus karena gerejalah perpanjangan karya Kristus setelah Dia naik ke surga. Setelah menunaikan penebusan-Nya, sebagai ganti diri-Nya, Tuhan Yesus mengutus Roh Kudus untuk menyertai kita dan tinggal di dalam diri kita. Pencurahan Roh Kudus inilah yang melahirkan gereja. Dalam kata-kata Gerard Manley Hopkins, " Kristus sendiri hanyalah satu, dan hidup serta mati hanya satu kali; tetapi Roh Kudus membuat setiap orang Kristen menjadi Kristus yang lain, seorang pasca-Kristus; hidup dalam jutaan kehidupan di setiap zaman. "
Dengan kata lain, setelah Kristus kembali ke surga, melalui gerejalah Allah menyentuh, menyembuhkan, dan mengulurkan anugerah kepada dunia. Apa yang berlangsung di tengah komunitas gereja akan menentukan bagaimana dunia ini memandang Allah. 
Yesus mengatakan, " Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian, semua orang akan tahu , bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi "
(Yohanes13:34-35) . Kasih dan persekutuan di antara kita menjadi kesaksian yang kuat dan tak terbantahkan bagi dunia; dan sebaliknya pula, kedengkian dan perpecahan di antara kita tak ayal akan membuat dunia mencibir.
Kenaikan, dengan demikian , adalah sebuah kepercayaan, sebuah pendelegasian yang mencengangkan. " Ketika Yesus pergi ," tulis Philip Yancey ,
" Dia meninggalkan kunci Kerajaan di tangan kita yang kikuk." Ya, kepada kita yang
kikuk ini, Dia mempercayakan suatu amanat untuk menyebarkan Kabar Baik dan berita perdamaian-Nya ke seluruh bumi. *** ( Arie Saptaji, It's a Wonderful Life, Yogyakarta : Gloria Graffa, 2010 )

2. Jun, 2014

Roma 8:28

Roma 8:28

(28) Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

---------------------
KETIKA JALAN HIDUP TAMPAK SEMAKIN GELAP, 
PEGANGLAH TANGAN TUHAN DENGAN SEMAKIN ERAT.
----------------------------
* * *
KESESAKAN BUKANLAH JALAN BUNTU, 
MELAINKAN JENDELA BARU UNTUK MELIHAT KEBAIKAN ALLAH.
----------------------------

2. Jun, 2014

PIKIRAN POSITIF

PIKIRAN POSITIF

Orang yang memiliki masalah dengan gambar diri sering dinasihati untuk mengenali pikiran yang timbul dalam benaknya. Mereka perlu menolak pikiran negatif dan merusak seperti "Aku adalah orang yang gagal" atau "Aku orang yang malang", kemudian menggantinya dengan pikiran positif dan membangun seperti "Meskipun aku gagal kali ini, aku bisa berhasil di kemudian hari jika aku belajar dengan baik". William Backus, seorang psikolog Kristen, menyebutnya sebagai "mengatakan kebenaran kepada diri sendiri".

Hal yang senada juga dinasihatkan oleh Paulus melalui suratnya kepada jemaat di Filipi. Dari dalam penjara, Paulus menasihatkan jemaat untuk mengisi pikiran mereka dengan kebenaran dan kebajikan (- Filipi 4:8 - (8) Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. )
Ia juga mendorong mereka bersukacita (- Filipi 4:4 - (4) Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! )
menyatakan kebaikan hati ( - Filipi 4:5 - (5) Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! )
tidak khawatir, dan berdoa dengan mengucap syukur (- Filipi 4:6 - (6) Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. )
Dengan memikirkan dan melakukan hal-hal itu, damai sejahtera Allah akan melingkupi dan menyertai hati dan pikiran (- Filipi 4:7, 9 - (7) Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. , (9) Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.)
Dari pikiran, akan timbul perbuatan. Perbuatan yang dilakukan berulang-ulang akan menjadi kebiasaan. Dari kebiasaan itu akan terbentuklah karakter. Jadi, semuanya dimulai dari pikiran. Jika kita ingin membentuk karakter yang baik, maka mari kita mulai mengisi pikiran dengan hal-hal yang positif dan membangun, yaitu dengan kebenaran firman Tuhan. --Yohana Puji Dyah Utami /Renungan Harian

BUANGLAH DARI PIKIRAN KITA HAL-HAL YANG NEGATIF;
ISILAH PIKIRAN KITA DENGAN HAL-HAL YANG POSITIF.

2. Jun, 2014

Menderita Karena Taat dan Kasih

Menderita Karena Taat dan Kasih

Penderitaan Yesus Kristus di kayu salib dalam bahasa Inggris disebut sebagai The Passion. Kata passion berasal dari kata bahasa Latin yang berarti penderitaan,kesengsaraan. Dan bukan sekadar penderitaan biasa, melainkan penderitaan karena suatu perkara yang berharga.
Dalam pengertian modern, passion lebih sering dipahami sebagai hasrat, keinginan yang kuat, atau komitmen. Kita kurang akrab dengan penderitaan yang seperti itu. Yah,tentu saja kita masih mengalami penderitaan-namun, penderitaan karena apa?
Kebetulan kata passion berkaitan dengan kata pasif. Sikap pasif ini sepertinya kebalikan dari passion.Persamaannya, orang yang pasif juga menderita. Bedanya, ia menderita karena tekanan dari luar, dan hal itu biasanya terjadi karena kelambanan dan kebingungan. Penderitaan semacam inilah yang lebih sering kita alami. Penderitaan akibat kebodohan dan kesalahan kita sendiri.
Sangat berbeda dengan penderitaan yang dialami Yesus.
Dia menanggung penderitaan karena menjalankan misi yang ditetapkan Bapa-Nya yang di surga.Dia mengerti bahwa jalan-jalan yang dipilih-Nya pada akhirnya akan membawa pada kematian di kayu salib demi penebusan umat manusia. Di Taman Getsemani Dia bergumul sampai mencucurkan keringat darah,menunjukkan bertapa berat misi yang di emban-Nya. Dia berdoa agar kalau bisa cawan itu dilalukan dari hadapan-Nya. Namun , akhirnya Dia sampai pada satu kebulatan hati, 
" Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki,melainkan seperti yang Engkau kehendaki" (Matius 26:39).
Yesus menderita karena Dia memilih untuk mentaati kehendak Bapa-Nya. Dia taat sampai mati. Yesus menderita karena mengasihi umat manusia, melayani dan menyerahkan nyawa-Nya bagi mereka. Dia mengasihi sampai mati. Dalam lagu Via Dolorosa yang menggambarkan perjalanan Yesus memikul salib ke Bukit Golgota, Sandi Patty bernyanyi, " But He chose to walk that road out of His love for you and me " ( Dia memilih untuk menempuh jalan itu karena kasih-Nya kepada Anda dan saya). Begitulah, ketaatan dan kasih membawa Yesus melewati penderitaan dan pengorbanan paling agung sepanjang sejarah : The Passion.
Karena passion yang seperti itulah, penderitaan-Nya tidak membentur tembok keputusasaan.Setelah Jumat Agung, ada Minggu Paskah. Setelah kematian mengerikan di kayu salib, ada kebangkitan di kubur yang kosong. Penderitaan dan kematian-Nya justru mendatangkan pengharapan keselamatan dan kehidupan baru bagi mereka yang percaya.
Yesus menantang murid-murid-Nya untuk mengikuti jejak-Nya memikul salib. Apa artinya? Pertama, Dia meminta kita untuk berjalan di dalam ketaatan dan kasih, memilih untuk mengikuti kehendak Bapa, sekalipun hal itu mendatangkan penderitaan dan kesulitan bagi kita. " Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku, " kata Yesus ( Yohanes 14:15 ).
Kedua, kita perlu memandang penderitaan dengan cara baru. Penderitaan bukanlah jalan buntu yang membuat kita kehilangan harapan. Selalu ada hikmah di balik setiap masalah. Sekalipun kita menderita karena dosa dan kesalahan kita sendiri, asalkan kita bersedia merendahkan diri di hadapan Tuhan dan bertobat, salib Kristus menyediakan pengampunan dosa dan pemulihan.***
---- Arie Saptaji
------------------------------------------
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

2. Jun, 2014

Jalan yang benar

Jalan yang benar
Matius 7:12-14
(12) "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. 
(13) Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; 
(14) karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan 
sedikit orang yang mendapatinya."